HOLD on friends

Jumat, 29 Juli 2011

Alone At Last

Dengan teriakan menyayat hati, berbahasa Inggris secukupnya, lirik-lirik puitis mendamba indahnya cinta. plus riff-riff gitar yang dipopulerkan oleh band-band post-hardcore, saya menyatakan kagum pada kekonsistenan band ini. Walaupun dicela diberbagai kesempatan karena ‘emo’, untungnya mereka lebih memihak pada para fans-fans mereka yang masih menginginkan anthem-anthem patah hati yang bukan berasal dari selera ‘mainstream’.

Menurut gue, lagu-lagu disini mudah ditangkap, dan cenderung lebih mudah dimengerti dibanding rilisan mereka yang dulu, bahkan dengan suara bindeng Yas. Hanya saja mungkin supaya lebih mudah didengarkan, sekedar saran sih, bagusnya liriknya bahasa Indonesia saja semua, lirik bahasa Inggris biar saja Gerard Way yang tulis.
Temanya juga masih berupa hal-hal sensible yang menyentuh hati, terutama untuk mereka yang mendamba cinta, putus cinta, dan juga beberapa lagu mengenai semangat dan cerita mengenai lima orang yang tidak mengenal kata menyerah dalam menyelesaikan e.p.

Musiknya sendiri sudah pasti tidak jauh berbeda dengan rilisan yang dulu, masih dengan riff-riff gitar menyayat hati, a’la band-band post-hardcore tetapi dengan karakterisasi dari Alone At Last yang semakin kuat.
Yang juga menarik dari album ini adalah, mereka menyumbangkan sebagian dari keuntungan yang didapat dari penjualan album kepada gerakan Food Not Bomb, sebuah gerakan cinta damai, yang membagikan makanan kepada semua orang tanpa memandang suku, agama, tingkat ekonomi dan lain-lain untuk mengkampanyekan ide-ide perdamaian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar